Aku masih ingat, dulu sekali pantat harus merah merah setiap kali selesai mandi "Bluron" dengan kawan-kawan SD. Ibuk biasa selalu memperingatkan dengan stik bambunya yang sudah akrab dengan pantat ini "Kalo mandi di kali itu berbahaya, arusnya deras, airnya juga kotor sangat tidak baik kalo sampai terminum". "Kan gak tiap hari Buk, Tino, Joko, Abel, dan Panji juga dibolehin sama orang tua mereka kok Buk, aduhh, sakitt..." protesku ditengah eksekusi Ibuk padaku.
Kalau mengingat hal itu, rasanya sudah lebih dari 15 tahun yang lalu. Namun baru sekarang aku sepenuhnya menyadari bahwa apa yang dikatakan Ibuk benar. Saat ini, menginjak usiaku yang hampir 22 tahun, membayangkan wujud kalinya saja rasanya sudah ngeri. Keruh, dalam, dan berarus deras. Sampai bertanya-tanya kok bisa dulu bisa mandi disitu, bahkan sampai harus ngumpet-ngumpet.
Apa hubungan sepotong cerita masa kecil diatas dengan hari ini, yaitu Sabtu 30 Agustus 2014?
Okay, begini, aku gunakan bahasa metaphor saja ya? Sudah berminggu-minggu aku mencoba untuk mandi di kali. Lagi? Bukan-bukan, bukan kali itu yang aku maksud. Esensinya sama, kalo masuk kali sama-sama ada kemungkinan untuk tenggelam. Ngg,, jadi, sebenarnya ada tugas yang musti aku lakukan dengan segera, karena banyak orang telah menugguku menyelesaikannya. Tapi, sungai indah yang aku lewati benar-benar menyedot perhatian dan fokusku untuk sampai di tempat tujuan. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti dan nekat mulai memilih spot yang paling enak untuk mengambil air dan menikmatinya sambil santai-santai merasakan cantiknya pemandangan. Di spot-spot lain, yang kurang lebih sama, yaitu terdapat batu besar yang ditutupi lumut-lumut hijau indah sekali. Ku lihat banyak para pengemban tugas sepertiku yang juga berisitirahat. Eh, tidak cuma melepas penat, ada banyak diantara mereka yang memilih untuk tidur disitu dan menunda tugasnya. Bahkan tak sedikit dari mereka yang membuat tempat persinggahan untuk ditempati. Aku berpikir sepertinya mereka melailaikan tugasnya. Ku amati sekali lagi air jernih didepanku, kemudian aku alihkan pandangan pada kertas gulungan di tangan kananku, ragu. Suara sayup sayup memaksaku untuk melirik ke spot-spot lain. Aku tidak tahu apa yang mendorongku, ku julurkan jari telunjukku ke permukaan air jernih itu. Hampir tersentuh hingga aku mendengar suara pemuda berlari kencang. Tepat diatas tanggul ia berlari cepat. Satu, dua, tiga, enam, sepuluh, ada banyak. Pemuda pemuda tersebut berlari dengan sangat cepat sambil membawa gulungan gulungan tugas. Dengan sigap aku menarik cepat tanganku. Terlihat jari telunjukku masih kering. Akhirnya aku putuskan untuk berlari menyusul mereka. Aku sadar bahwa ada tugas utama yang musti aku lakukan dulu. InsyaAllah, setelah amanat ini selesai aku akan mampir kesitu. Lebih jauh lagi aku akan membangun sebuah tempat yang indah setelah memperoleh bekal yang cukup dari upah atas amanat yang aku akan selesaikan.
Menurutmu apa manfaat yang aku peroleh dari kebiasaan "bluron" di kali itu? Hmm kalo dulu aku tidak biasa mandi di kali, mungkin saat ini aku tidak bisa berenang.