Pernahkah
kau merasa menjadi makhluk yang paling beruntung? Maksudku coba pikirkan di
planet dimana kita tinggal, sudah berapa tahun kita menikmati dunia ini, dan
dengan apa kita melihat. Seperti yang sedang kau lakukan sekarang. Membaca
dengan kedua bola matamu. Kita mungkin tidak pernah memikirkan bagaimana
mekanisme suatu objek bisa terlihat oleh mata. Ada cahaya yang disaring oleh
pupil kemudian bayangan jatu ke retina dan blabalabla… Mungkinkah hal itu
direnungkan setiap kali melihat sesuatu? Okay kembali ke planet. Tahukah kamu
bahwa Bumi kita adalah satu satunya planet yang cocok untuk hidup suatu makhluk.
Kenyataan bahwa tidak ditemukannya makhluk hidup baik di Bima Sakti ataupun di galaksi lain tidak hanya menjadi
bukti tambahan akan hebatnya bumi kita tapi juga sebagai pendorong agar kita
mensyukuri segala keberuntungan yang kita dapatkan.
Bicara tentang syukur ada jutaan cara
mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah Swt. Salah satunya adalah
membersihkan lantai yang mulanya terkena najis dari ayam yang buang hajat
sembarangan. Tindakan semacam itu seolah adalah isyarat kepada Tuhan bahwa ini
adalah ucapan terima kasihku Tuhan, Kau telah memberikan kedua mata ini untuk melihat
sehingga aku bisa mengenali kotoran ditengah lantai yang riskan terinjak orang
lewat. Sementara disana masih banyak orang orang yang kurang beruntung tidak
bisa melihat.
Ada hal lain selain mata, sebenarnya
ini diluar kempuanku. Mata yang menangkap adanya hal ganjil ditengah lantai
kemudian membawa pesan ke otak. Aku tidak berkuasa dalam kasus ini. Pikiranku
otomatis mengatakan bahwa kotoran tersebut akan menjadi sesuatu yang berbahaya
jika tidak segera dibuang. Otak setelah bekerja dan masih bekerja kemudian
merumuskan sebuah cara bagaimana menghilangkan najis itu. Selang beberapa detik
aku sadar ya Allah bahwa aku harus mencari sebuah gayung berisi air dan kertas
kering. Aku kemudian menggunakan kakiku untuk berpindah tempat dan mempercepat
proses menemukaan barang yang aku cari.
Akhirnya setelah ketemu aku
menggunakan kedua tanganku untuk mengambil kotorang dari lantai dengan kertas
kering. Setelah selesai aku gosok-gosok dengan kertas kering sampai benar benar
tak terlihat bekasnya. Kemudian aku membilasnya dengan air. Yang mulanya najis
Nafsiyah menjadi najis Ainiyah dan tahap terakhir adalah pembilasan. lantai
menjadi suci kembali.
Tuhan terima kasih untuk mata ini,
kaki ini, tangan ini, hidung ini, lidah ini, kesehatan ini, pikiran ini, dan
hidup ini. Ucapan terima kasih kata orang-orang sudah terlalu klise, tenanglah
itu hanya sebuah kata. Implementasinya tetap ada kok.